Komitmen...
Apa itu komitmen ?
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata KOMITMEN didefinisikan sebagai perjanjian atau keterikatan untuk melakukan sesuatu.
Sedang
dalam perkembangannya, kata perjanjian sendiri mungkin bisa diartikan
suatu ikrar, sumpah atau janji yang disepakati oleh dua belah pihak atau
lebih untuk memenuhi atau mematuhi segala sesuatu yang telah disetujui
atau disepakati dalam perjanjian itu sendiri dan semua itu tercantum
dalam bukti konkrit berupa surat perjanjian atau sebuah buku perjanjian.
Dalam hal ini kita dapat mengambil contoh Surat Perjanjian Kerja, Akta
Jual Beli, dan lain sebagainya.
Lalu
apakah kata JANJI yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari
memiliki arti dan pemahaman kata yang sama seperti PERJANJIAN. Contoh
sederhana yang dapat kita ambil seperti pada saat kita berjanji akan
mengembalikan barang yang kita pinjam tepat waktu, janji untuk nonton
bioskop dengan teman atau pacar, janji untuk tidak terlambat lagi yang
kita ucapkan kepada guru saat kita di sekolah dan mungkin anda bisa
menambahkan lebih banyak lagi contoh-contoh yang lain. Apakah
janji-janji yang kita sebutkan di atas tadi bisa dikategorikan sebagai
perjanjian ? Bagaimana pendapat anda.
Kalau
menuru saya pribadi, mungkin janji-janji seperti yang kita sebutkan di
atas bisa dikategorikan sebagai komitmen, tapi bukan perjanjian. Mengapa
begitu ? Bukankah dalam paragraf pertama di atas komitmen didefinisikan
sebagai perjanjian. Ya, memang benar. Tapi dalam perkembangannya dewasa
ini yang bisa disebut sebagai perjanjian adalah komitmen yang
divisualisasikan dengan bukti hitam di atas putih. Jika bukti itu tidak
ada, itu semua bukanlah perjanjian, itu hanyalah komitmen.
Ya, hanya komitmen....
Ya, hanya komitmen....
Ironis
memang. Tapi itulah fakta yang dapat kita lihat saat ini. Sebesar
apapun resiko yang diambil dan segigih apapun seseorang memegang
komitmen, tidak akan berarti bila itu semua tidak di wujudkan menjadi
perjanjian. Bayangkan jika salah satu pihak dalam sebuah komitmen (bukan
perjanjian) mengingkari komitmen dimana dipertaruhkan resiko besar di
dalamnya, tentunya salah satu pihak akan mendapat keuntungan yang besar
dan pihak lainnya akan sangat dirugikan. Bukan hanya soal kerugian
materi, tapi juga mental atau psikologi.
Kesimpulannya,
tinggi rendahnya level komitmen tidak lagi dinilai dari besarnya
pengorbanan dan resiko yang diambil atau pun kegigihan untuk memegang
komitmen, melainkan dinilai dari berapa harga materai yang terkena
goresan pena anda.
Jadi, masih bersediakah anda berkomitmen....?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar